Logo Makna Media
Makna Media
Tema
Berita oleh Muhammad Faishal pada Rabu, 4 Jun 2025 pada 2:27 PG

31 Negara Desak Akses Kemanusiaan ke Gaza di Kairo

Aksi damai lintas negara digelar di Kairo, mendesak pembukaan jalur kemanusiaan ke Gaza guna atasi krisis pangan dan kesehatan yang kian memburuk.

Pada 12 Juni 2025, ratusan aktivis dan tenaga kesehatan dari 31 negara akan berkumpul di Kairo, Mesir, untuk memulai aksi "Global March to Gaza" yang akan berlangsung hingga 15 Juni 2025 menuju perbatasan Rafah, Sinai Utara. Kampanye ini bertujuan mendesak komunitas internasional membuka jalur kemanusiaan ke Gaza, di mana akses bantuan telah terhenti total sejak 2 Maret 2025 akibat blokade ketat yang diberlakukan oleh pihak Israel.

Aksi ini dirancang sebagai rangkaian kegiatan selama seminggu penuh. Pada tanggal 12 Juni, peserta akan tiba di Kairo dan bergerak menuju kota al-Arish pada hari berikutnya. Pada 13 Juni, rombongan akan memulai perjalanan kaki sekitar 50 kilometer dari al-Arish menuju perbatasan Rafah. Pada 14 Juni, mereka akan menggelar serangkaian unjuk rasa di wilayah Sinai untuk menyoroti krisis kesehatan dan kelaparan yang melanda Gaza. Puncak aksi akan digelar pada 15 Juni di perbatasan Rafah, dengan peserta berusaha bertemu otoritas Mesir dan lembaga kemanusiaan guna membuka pintu masuk bantuan secara permanen.

Menurut Dr. Huseyin Durmaz, dokter asal Turki dan anggota International Health Initiative, kondisi kesehatan di Gaza berada pada titik kritis akibat kekurangan obat, makanan, dan air bersih. "Sepanjang proses ini, lembaga internasional dan pemerintah tidak tampil sesuai harapan. Kali ini, kami akan berjalan ke perbatasan Rafah untuk mengingatkan mereka akan kewajiban kemanusiaan dan menekan agar situasi di Gaza segera diakhiri serta dibuka untuk bantuan," ujarnya dalam wawancara dengan Anadolu Agency.

Pihak penyelenggara menekankan bahwa "Global March to Gaza" bersifat apolitis dan independen — tidak terafiliasi dengan partai politik, ideologi, maupun agama apa pun. Kampanye ini murni bertujuan membuka koridor kemanusiaan yang terputus sejak berakhirnya masa gencatan senjata pada 18 Maret 2025, yang diikuti blokade total dan eskalasi serangan udara oleh Israel. Blokade tersebut menyebabkan kekurangan bahan pokok dan obat-obatan sehingga jutaan warga Gaza terancam kelaparan dan wabah penyakit menular.

Para aktivis meyakini satu-satunya cara menekan otoritas internasional dan pemerintah Mesir membuka perbatasan adalah melalui aksi massa damai. Mereka setuju bekerja sama dengan organisasi non-pemerintah, diplomat, dan lembaga kemanusiaan dalam negosiasi membuka terminal Rafah. Namun, hingga kini belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Mesir maupun Israel terkait izin formal bagi rombongan pejalan kaki menyeberang ke Jalur Gaza. Beberapa pengamat memperkirakan otoritas Kairo akan mengizinkan konvoi bantuan, namun belum ada jaminan peserta pejalan kaki akan diperbolehkan melewati perbatasan tanpa hambatan.

Dari sisi pendanaan, penyelenggara Global March menegaskan bahwa gerakan ini merupakan inisiatif warga negara tanpa dukungan dana besar. Tidak ada anggaran untuk biaya perjalanan peserta; setiap individu bertanggung jawab atas logistiknya sendiri, termasuk akomodasi dan transportasi menuju Kairo. Organisasi penyelenggara hanya memfasilitasi komunikasi antar-LSM dan memberikan panduan teknis terkait rute serta protokol keamanan.

Secara global, aksi ini merupakan lanjutan dari beberapa inisiatif serupa sebelumnya. Pada 1 Juni 2025, Greta Thunberg bersama 11 aktivis lintas negara berlayar dari Catania, Italia, dengan kapal Madleen untuk memecah blokade laut menuju Gaza guna mengirim bantuan medis dan pangan, meskipun menghadapi risiko serangan drone seperti pada misi sebelumnya. Dengan demikian, Global March to Gaza yang melewati jalur darat melengkapi tekanan internasional terhadap kebijakan blokade Israel.

Namun, beberapa pihak khawatir aksi ini bisa memicu konfrontasi dengan aparat keamanan Mesir atau menimbulkan gesekan politik dengan pemerintah setempat yang selama ini menjaga hubungan diplomatik dengan Israel. Hingga kini, otoritas Kairo belum memberikan izin resmi bagi aksi berjalan kaki ini, meski mengizinkan konvoi bantuan masuk ke Gaza lewat jalur darat dalam kapasitas terbatas. Para pengamat menilai hasil akhir Global March to Gaza sangat bergantung pada seberapa besar tekanan diplomatik yang dapat dibangun oleh peserta dan organisasi pendukung yang terlibat.

Secara umum, Global March to Gaza diharapkan menjadi sorotan internasional menjelang kunjungan pejabat tinggi PBB dan lembaga kemanusiaan ke kawasan untuk menilai kondisi di Jalur Gaza secara langsung. Jika berhasil mencapai perbatasan Rafah, aksi ini berpotensi memperkuat tekanan pada Dewan Keamanan PBB untuk mempertimbangkan resolusi baru terkait pembukaan koridor kemanusiaan yang efektif serta penghentian kekerasan terhadap warga sipil Gaza. Kendati demikian, efektivitas gerakan ini masih menunggu respons konkret dari otoritas internasional dan Mesir dalam beberapa hari mendatang.

Topik

Advertisement