Logo Makna Media
Makna Media
Tema
Berita oleh Muhammad Faishal pada Selasa, 3 Jun 2025 pada 3:27 PTG

Lonjakan Kasus COVID-19 di India Picu Kekhawatiran Kembalinya Pandemi pada 2030

India alami lonjakan signifikan kasus COVID-19 pada Mei 2025, memicu kekhawatiran terkait ramalan kembalinya pandemi pada 2030 oleh 'Baba Vanga Jepang'.

India melaporkan lonjakan tajam kasus aktif COVID-19 selama sepuluh hari terakhir Mei 2025, dengan jumlah kasus naik lebih dari 1.400 persen dari 257 menjadi 3.961 per 2 Juni 2025. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan penambahan 65 kasus baru hanya dalam 24 jam terakhir, serta lima kematian yang dikonfirmasi pada 3 Juni 2025. Perkembangan ini mendorong otoritas kesehatan dan publik memperketat pengawasan serta memicu kekhawatiran terkait ramalan kembalinya pandemi pada 2030 yang viral di media sosial.

Lonjakan ini terutama dipacu oleh penyebaran subvarian Omicron NB.1.8.1 dan LF.7. Sebagai contoh, Kerala melaporkan 1.147 kasus aktif per akhir Mei 2025, menjadikannya provinsi dengan jumlah tertinggi, diikuti Maharashtra (424 kasus) dan Delhi (294 kasus). Gujarat, Karnataka, dan Tamil Nadu masing-masing mencatat lebih dari 100 kasus aktif. Meskipun sebagian besar infeksi bersifat ringan, sejumlah ahli kesehatan mengingatkan bahwa kelompok rentan—seperti lansia, anak-anak, dan penderita penyakit penyerta—berisiko mengalami gejala parah.

Subvarian NB.1.8.1 terdeteksi pertama kali di Tamil Nadu pada April 2025, sedangkan LF.7 mulai muncul di Gujarat bulan berikutnya. Meskipun vaksinasi dan kekebalan pasca-infeksi masih melindungi sebagian besar populasi, efektivitasnya menurun seiring waktu. Alih-alih memunculkan beban rumah sakit seperti gelombang sebelumnya, peningkatan pengetesan dan kesiapsiagaan fasilitas isolasi diyakini dapat meminimalkan dampak pada sistem kesehatan.

Pemerintah India telah mengambil langkah antisipatif dengan memperbarui pedoman penanganan klinis, meningkatkan stok obat antivirus, dan memerintahkan rumah sakit menyiapkan ruang isolasi khusus. Di negara bagian Jharkhand, misalnya, East Singhbhum membangun tambahan 26 tempat tidur rumah sakit dengan dukungan fasilitas oksigen untuk mengantisipasi potensi lonjakan pasien. Pemerintah juga terus mendorong masyarakat memakai masker di ruang publik, menjaga jarak, dan mempercepat kampanye vaksinasi booster untuk mengurangi risiko penularan.

Di sisi lain, ramalan kembalinya pandemi pada 2030 kembali mencuat di platform media sosial. Ryo Tatsuki—manga artis asal Jepang yang dijuluki "Baba Vanga Jepang"—dalam komiknya tahun 1999 memprediksi muncul virus tak dikenal pada sekitar 2020 yang memuncak pada April, dan akan muncul lagi pada 2030. Ramalan ini viral kembali seiring lonjakan kasus di India, memicu kekhawatiran publik akan gelombang yang lebih parah di masa depan.

Prediksi tersebut telah memicu perdebatan antara kepercayaan terhadap ramalan dan pendekatan ilmiah. Pakar epidemiologi menekankan bahwa meski ramalan seperti ini menarik perhatian, langkah pencegahan harus didasarkan pada bukti data ilmiah. Viktoria Vitanova-Kerber, akademisi yang meneliti catatan Baba Vanga, menyatakan tidak ada bukti tertulis yang mendukung ramalan semacam itu dan banyak klaim bersifat retroaktif atau hasil interpretasi setelah peristiwa terjadi.

Masyarakat serta kalangan medis di India menanggapi lonjakan ini dengan upaya edukasi dan peningkatan kapasitas tes. Pemerintah negara bagian Kerala, misalnya, mendirikan pusat pemantauan genom untuk melacak mutasi varian baru, sementara otoritas pusat mengimbau masyarakat tidak panik dan tetap mengikuti protokol kesehatan. Banyak dokter menekankan bahwa meski ada peningkatan, tingkat kematian masih rendah dan mayoritas pasien pulih dengan gejala ringan hingga sedang.

Dalam konteks global, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terus memantau perkembangan varian Omicron di Asia Selatan sebagai bagian dari kewaspadaan global. Meski sejumlah ahli menyebut istilah "Disease X" untuk ancaman penyakit baru di masa depan, fokus utama saat ini adalah menekan laju transmisi COVID-19 yang sudah dapat diprediksi pola penularannya. Dunia diimbau menyiapkan rencana tanggap darurat, memperkuat sistem surveilans, dan memastikan ketersediaan ventilator serta pasokan oksigen, sebagai pelajaran dari gelombang sebelumnya.

Dengan lonjakan kasus yang belum mencapai puncaknya, India menghadapi tantangan menjaga keseimbangan antara menahan laju penularan dan menjaga aktivitas sosial-ekonomi tetap berjalan. Prediksi ramalan 2030 menjadi peringatan simbolis bahwa pandemi tidak boleh dianggap tuntas sepenuhnya. Sementara pakar kesehatan mendorong mitigasi berbasis data, masyarakat diharapkan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan, memperbarui status vaksin, dan mengelola informasi dengan skeptis terhadap klaim yang belum terbukti.

Topik

Advertisement