Logo Makna Media
Makna Media
Tema
Artikel oleh Mince Oktaviani pada Kamis, 26 Juni 2025 pukul 08.11

Peran Pria dalam Rumah Tangga Menurut Islam: Teladan Rasulullah yang Sering Terlupakan

Peran pria dalam rumah tangga menurut Islam bukan hanya mencari nafkah, tapi juga membantu istri, seperti teladan Rasulullah SAW yang masih hidup di budaya Arab.

Peran Pria dalam Rumah Tangga Menurut Islam: Teladan Rasulullah yang Sering Terlupakan
A father embraces his role on Freepik

Di balik kuatnya pondasi sebuah keluarga, sering kali yang tampak hanyalah peran perempuan. Istri yang mengurus rumah, ibu yang mendidik anak, sosok lembut yang siap sedia setiap waktu. Namun, ada sisi yang terlupakan. Peran pria dalam rumah tangga, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan masih diterapkan secara nyata oleh sebagian masyarakat Arab hingga kini.

Peran ini bukan sekadar menjadi pencari nafkah. Lebih dari itu, Islam telah menempatkan pria sebagai mitra sejati dalam mengurus rumah tangga. Bukan simbol otoritas yang hanya duduk di singgasana, tetapi sebagai bagian aktif yang turut memikul beban domestik dan emosional. Sayangnya, banyak pria hari ini yang justru menjauhi peran ini, entah karena budaya patriarki yang begitu kuat, atau karena kurangnya pengetahuan akan teladan Rasulullah.

Teladan Rasulullah SAW dalam Urusan Rumah Tangga

Jika kita kembali pada sejarah, Rasulullah SAW bukan hanya seorang nabi, pemimpin negara, dan komandan perang. Beliau juga seorang suami yang luar biasa. Dalam sebuah hadits riwayat Bukhari, dikisahkan bahwa Rasulullah menjahit pakaiannya sendiri, memperbaiki sendalnya, dan membantu pekerjaan rumah tangga. Aisyah RA berkata, “Beliau biasa membantu pekerjaan rumah tangga. Jika waktu shalat tiba, beliau pun beranjak untuk shalat.”

Ini bukan sekadar contoh. Ini adalah pelajaran akhlak dan perintah moral. Rasulullah tidak pernah merasa derajatnya turun hanya karena membantu istrinya di rumah. Justru, beliau mengangkat derajat laki-laki melalui keteladanan itu.

Budaya Kita: Terjebak dalam Maskulinitas yang Timpang

Di banyak rumah tangga di Indonesia, kita masih mendapati beban rumah tangga hanya ditumpukan pada perempuan. Istri bekerja, mengurus anak, memasak, membereskan rumah, bahkan kadang harus merawat orang tua suami. Sementara suami merasa cukup dengan bekerja di luar rumah dan duduk bersantai ketika sampai di rumah.

Padahal, bekerja di luar rumah bukan berarti selesai dari tanggung jawab rumah tangga. Apalagi dalam Islam, yang menekankan kerja sama dalam keluarga sebagai ibadah. Bayangkan betapa indahnya jika suami turut mencuci piring, menggendong anak saat istri kelelahan, atau sekadar duduk berdiskusi ringan tentang masalah harian rumah tangga. Ini bukan hanya tentang pekerjaan, tapi tentang cinta yang saling dibagikan.

Dampak Positif Keterlibatan Suami dalam Rumah Tangga

Keterlibatan suami dalam urusan rumah tangga membawa banyak dampak positif. Penelitian modern pun membuktikan bahwa anak-anak yang tumbuh di lingkungan di mana ayah terlibat aktif cenderung memiliki kepercayaan diri lebih tinggi, lebih stabil emosinya, dan lebih baik dalam prestasi akademik.

Bagi istri, kehadiran suami yang sigap dan penuh empati di rumah menciptakan rasa aman dan bahagia. Ini menjadi fondasi yang kuat untuk hubungan pernikahan yang tahan ujian.

Dalam jangka panjang, peran aktif suami juga mencegah stres rumah tangga yang bisa berujung pada konflik bahkan perceraian. Rumah bukan lagi tempat yang membuat lelah, melainkan menjadi tempat bernaung yang penuh cinta dan kerja sama.

Waktunya Kembali pada Teladan yang Luhur

Zaman memang berubah, tapi nilai-nilai agung dari Rasulullah SAW tetap relevan sepanjang masa. Sudah saatnya para pria Muslim kembali meneladani Nabi dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam mengurus rumah tangga.

Menjadi pria sejati bukan tentang seberapa tinggi suara kita saat marah, atau seberapa besar penghasilan yang dibawa pulang. Tetapi tentang seberapa banyak cinta yang kita tanamkan di rumah, dan seberapa ringan tangan kita membantu pasangan mengangkat beban kehidupan.

Jika Rasulullah SAW yang mulia saja tidak merasa hina menjahit bajunya sendiri, apa alasan kita untuk tidak membantu mencuci piring?

Kesimpulan

Rumah adalah madrasah pertama, tempat lahirnya generasi penerus yang tangguh dan berakhlak. Maka, pria sebagai kepala keluarga seharusnya menjadi guru pertama, bukan hanya pengawas. Perannya tidak hanya memberi arah, tapi juga memberi contoh. Tidak hanya memberi nafkah, tapi juga memberi rasa.

Mari kita ubah cara pandang. Menjadi pria yang peduli dan aktif dalam rumah tangga bukan tanda kelemahan, tetapi cerminan keimanan. Rasulullah telah memberi contoh. Tinggal kita yang memilih, mau meneruskan warisan kebaikan itu, atau tetap terjebak dalam budaya yang menyesatkan?

"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya."
– (HR. Tirmidzi)

Sebuah kalimat sederhana, tapi cukup untuk mengguncang dunia laki-laki. Sudahkah kita menjadi sebaik-baik lelaki dalam keluarga kita?

Topik