Data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mencatat 683 kejadian gempa berkekuatan minimal 4,0 magnitude di wilayah Indonesia pada periode Januari hingga Mei 2025, meningkat tajam dibandingkan 435 kejadian pada periode sama tahun sebelumnya. Jumlah tersebut melampaui rata‑rata bulanan dan memicu perhatian seismolog dalam negeri dan internasional.
Sepanjang Januari hingga Mei 2025, wilayah barat dan timur Indonesia mendominasi aktivitas seismik, dengan klaster utama di Sumatra Barat, Sulawesi Selatan, dan perairan selatan Jawa. Zona subduksi lempeng Indo‑Australia dan Eurasia di selatan Jawa mencatat beberapa rangkaian gempa berkekuatan 4,0–5,7 magnitude pada kedalaman 10–90 kilometer, yang diperkirakan didorong oleh percepatan geseran lempeng.
Pada Mei 2025 saja, Jawa Barat mengalami 118 guncangan gempa, tertinggi di antara provinsi lain, dengan gempa terbesar berkekuatan 4,2 magnitude di Cianjur pada 30 Mei 2025 yang dirasakan hingga Jakarta dan Bogor. Masyarakat di sejumlah kabupaten melaporkan kerusakan ringan pada bangunan tua dan atap genteng yang tiba‑tiba terlepas tanpa korban jiwa.
Secara historis, tren ini mempertegas lonjakan panjang sejak 2009. Tahun 2024 BMKG melaporkan 29 869 kejadian gempa, termasuk 20 gempa merusak dengan 119 kejadian merusak antara 2018 hingga 2023. Volume gempa sepanjang 2024 memuncak sebagai rekor tertinggi sejak pencatatan modern, yang kini terpotensi terlampaui di pertengahan 2025.
Data U.S. Geological Survey menjelaskan tata letak tektonik Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng utama yang bergerak dengan kecepatan antara 44 hingga 63 milimeter per tahun. Subduksi lempeng Indo‑Australia di selatan Sumatra dan Jawa menciptakan zona megathrust dengan potensi gempa berkekuatan besar, meski hingga 13 Juni 2025 belum terjadi gempa di atas magnitude 6,0.
Beberapa gempa signifikan tercatat, antara lain M5,9 pada 3 Mei 2025 di Gorontalo dengan kedalaman 92 kilometer, mengguncang area seluas 3,1 juta jiwa tanpa korban jiwa signifikan dan diprediksi tidak memicu tsunami. Selain itu M5,8 di dekat Medan pada 11 Mei 2025 mengejutkan 13 juta warga, namun dampaknya terbatas pada kerusakan ringan dan rangkaian aftershock.
Para ahli seismologi dari Institut Teknologi Bandung menyatakan bahwa meski frekuensi gempa meningkat, magnitudo maksimum masih terkendali dan belum menunjukkan kecenderungan megathrust. Mereka menekankan pentingnya pelaksanaan standar konstruksi tahan gempa dan sosialisasi jalur evakuasi di wilayah rawan.
Pemerintah melalui Kementerian PUPR dan BNPB mengintensifkan uji ketahanan bangunan publik, renovasi sekolah, serta pelatihan tanggap darurat bagi relawan. BMKG mengimbau masyarakat selalu memantau portal Data Gempabumi Terbuka dan memperbarui aplikasi peringatan dini untuk mengurangi risiko saat terjadi gempa susulan.
Tanggapan