Dalam acara Google I/O 2025 yang berlangsung di Mountain View, California, Google secara resmi memperkenalkan prototipe kacamata Android XR yang mengusung integrasi asisten cerdas Gemini AI. Perangkat ini dirancang untuk memberikan pengalaman augmented reality (AR) berbasis konteks dengan memanfaatkan teknologi pengenalan visual dan suara agar dapat menghadirkan informasi secara langsung tanpa memerlukan interaksi dengan ponsel.
Berdasarkan penjelasan resmi di blog Google, kacamata Android XR dilengkapi dengan kamera, mikrofon, speaker, serta layar mikro yang terintegrasi dalam lensa dan hanya dapat dilihat oleh pemakainya. Teknologi Gemini AI memungkinkan perangkat ini memproses masukan visual dan audio secara real-time, kemudian menyajikan informasi kontekstual seperti navigasi, terjemahan bahasa, pengingat jadwal, hingga ringkasan pesan dalam tampilan ringan yang disertai respons suara alami.
Peluncuran ini menjadi langkah strategis kedua Google di sektor kacamata pintar, menyusul proyek Google Glass yang dihentikan pada 2015 akibat kritik terkait desain dan kekhawatiran privasi. Untuk proyek terbaru ini, Google menjalin kemitraan strategis dengan Samsung dan Qualcomm di bidang perangkat keras, serta merek kacamata mode seperti Gentle Monster dan Warby Parker guna memastikan perangkat tampil fungsional sekaligus modis. Menurut ulasan TechRadar, prototipe kacamata ini memiliki desain mirip bingkai standar dengan batang yang sedikit lebih tebal, namun demonstrasi langsung memperlihatkan fitur unggulan seperti pratinjau kamera, tampilan arah navigasi, dan notifikasi kontekstual yang tak mengganggu pandangan pengguna.
Saat ini, kacamata Android XR masih dalam fase uji coba tertutup (beta testing) yang diperuntukkan bagi kalangan pengembang dengan akses terbatas. Google belum menentukan jadwal peluncuran komersial, namun memberi sinyal kemungkinan ketersediaan awal menjelang akhir 2025, tergantung hasil evaluasi teknis dan umpan balik dari mitra.
Analis industri perangkat wearable menilai kehadiran Gemini AI sebagai pembeda utama dibanding produk sejenis, sekaligus potensi pendorong adopsi luas teknologi realitas campuran di kalangan konsumen. Meski begitu, keberhasilan perangkat ini dinilai sangat bergantung pada faktor non-teknis seperti bobot, kenyamanan, serta jaminan privasi data pengguna. "Yang dibutuhkan adalah asisten pribadi yang cerdas, bukan pengawas diam-diam," ujar salah satu analis teknologi, menanggapi kekhawatiran terkait pemantauan tersembunyi.
Dengan pendekatan desain yang lebih matang, kolaborasi lintas industri, serta penerapan AI multimodal, Google berharap kacamata Android XR dapat menjembatani kesenjangan antara teknologi augmented reality dan penggunaan sehari-hari secara praktis serta etis.
Tanggapan