Logo Makna Media
Makna Media
Tema
Berita oleh Muhammad Faishal pada Kamis, 29 Mei 2025 pukul 10.49

Iran Panggil Dubes Prancis atas Pujian Film Palme d’Or Jafar Panahi

Pada 27 Mei 2025, Iran memanggil chargé d’affaires Prancis di Teheran setelah Menlu Prancis memuji film “It Was Just an Accident” karya Jafar Panahi sebagai “gestur perlawanan” terhadap rezim Iran.

Pada 27 Mei 2025, Kementerian Luar Negeri Iran memanggil kembali chargé d’affaires Prancis di Teheran sebagai bentuk protes diplomatik atas pernyataan Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noël Barrot. Pernyataan tersebut menanggapi kemenangan film It Was Just an Accident di Festival Film Cannes, yang disebut Barrot sebagai “gestur perlawanan melawan penindasan rezim Iran”.

Film It Was Just an Accident, yang disutradarai oleh Jafar Panahi, meraih penghargaan tertinggi Palme d’Or pada 24 Mei 2025. Ini menjadi kali kedua film Iran meraih penghargaan tersebut sejak kemenangan Abbas Kiarostami dengan Taste of Cherry pada 1997. Kemenangan ini semakin mengukuhkan reputasi Panahi sebagai sutradara penting di kancah internasional, setelah sebelumnya mendapat pengakuan di Festival Film Berlin dan Venesia.

Dalam tanggapannya, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengecam pernyataan Barrot sebagai “campur tangan yang tidak bertanggung jawab dan provokatif”. Melalui unggahan di platform “X”, Araghchi menulis, “Jangan beri kami orang Iran ceramah-ceramah. Anda sama sekali tidak punya otoritas moral,” sambil mengkritik kebijakan luar negeri Prancis, terutama terkait konflik di Gaza.

Media resmi Iran memberikan respons yang beragam. Kantor berita IRNA menyebut pernyataan Barrot sebagai “tuduhan tanpa dasar” dan menuntut Prancis agar menghormati prinsip nonintervensi. Media Mizan, yang berafiliasi dengan lembaga peradilan Iran, menilai penghargaan kepada Panahi lebih didasarkan pada preferensi politik daripada kualitas artistik. Sebaliknya, media berlatar reformis menganggap kemenangan ini sebagai bukti kekuatan sinema Iran dalam menyuarakan realitas sosial secara otentik.

Sejumlah aktivis hak asasi manusia, termasuk peraih Nobel Perdamaian Narges Mohammadi, menyambut positif penghargaan tersebut. Dalam pernyataannya, Mohammadi menyebut kemenangan Panahi mencerminkan dedikasi terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan kebebasan berekspresi, meskipun menghadapi pembatasan ketat di dalam negeri.

Jafar Panahi sendiri telah dilarang membuat film tanpa izin pemerintah sejak 2009 dan sempat ditahan pada 2022. Namun ia tetap aktif berkarya melalui jalur independen dan terbatas. Dalam sambutannya di Cannes, Panahi mengatakan, “Sederhana saja. Saya tidak bisa hidup di sini,” merujuk pada tekanan yang dialaminya di Iran. Ia juga menyatakan komitmennya untuk kembali ke negaranya meskipun masih menghadapi risiko penahanan.

Topik

Advertisement