Suhu di sejumlah wilayah Eropa dan China memecahkan rekor pada 13 Juni 2025, dengan termometer menembus 42 °C di beberapa kota Spanyol dan mencapai 47,1 °C di Xinjiang, China. Peristiwa ini memaksa otoritas setempat mengeluarkan peringatan kesehatan dan membahayakan aktivitas luar ruangan, termasuk ujian masuk perguruan tinggi di China.
Di Eropa, panas ekstrem muncul sejak awal bulan, dimulai dengan suhu 40,5 °C di Mértola, Portugal, dan meningkat melebihi 42 °C di beberapa stasiun cuaca di Spanyol. Kota-kota seperti Córdoba, Málaga, Madrid, dan Zaragoza sudah berada di zona bahaya oranye menurut Badan Meteorologi Nasional Spanyol (AEMET). Kondisi malam hari juga tetap lembap, khususnya di Yunani dan Albania, sehingga tak memberikan udara sejuk yang biasanya turun saat petang.
Pusat badai panas ini diperkirakan akan meluas ke Prancis, Benelux, Italia, dan Jerman barat, dengan prakiraan suhu hingga 38 °C di Roma dan 35 °C di Paris. Ahli meteorologi memperingatkan gelombang panas ini merupakan salah satu yang paling intens sejak dekade terakhir, mengulang pola beberapa peristiwa serupa di tahun 2019 dan 2022 yang menewaskan ratusan orang di Eropa.
Sementara itu, di China, provinsi Xinjiang tercatat mengalami suhu paling ekstrim: 44,8 °C di Turpan dan 47,1 °C di stasiun Mangxiaohu. Otoritas meteorologi China menerbitkan peringatan kuning untuk gelombang panas dan imbauan hati-hati agar masyarakat terhindar dari heatstroke. Puncak panas ini terjadi bersamaan dengan pelaksanaan ujian masuk perguruan tinggi nasional, memaksa panitia ujian menyiapkan pendingin ruangan khusus dan jam ujian lebih awal.
Fenomena gelombang panas global ini juga bertepatan dengan laporan Copernicus Climate Change Service (C3S) bahwa Mei 2025 merupakan Mei terpanas kedua sejak pencatatan data, dengan suhu permukaan rata‑rata global 1,4 °C di atas era praindustri (1850–1900). “Mei 2025 memutus rangkaian panjang bersejarah selama 21 bulan berturut‑turut suhu global melebihi 1,5 °C di atas praindustri,” ujar Carlo Buontempo, Direktur C3S.
Dampak yang mulai terasa meliputi peningkatan gangguan kesehatan, seperti dehidrasi dan heatstroke, terutama di kalangan lansia dan pekerja lapangan. Rumah sakit di Andalusia, Spanyol, melaporkan lonjakan pasien terkait penyakit akibat panas sebesar 30 % dalam seminggu terakhir. Di China, sekolah‑sekolah menunda kegiatan olahraga dan menerapkan istirahat tambahan bagi siswa untuk mengurangi risiko paparan panas berlebih.
Otoritas setempat mendorong langkah mitigasi seperti penyediaan pusat pendingin udara (cooling centers), pembagian air minum gratis, dan himbauan kepada warga untuk menyesuaikan jam kerja. AEMET menegaskan bahwa penanggulangan jangka panjang membutuhkan adaptasi infrastruktur kota—termasuk ruang hijau lebih banyak dan desain bangunan yang mendukung ventilasi alami—serta percepatan pengurangan emisi gas rumah kaca untuk mencegah suhu global terus naik.
Tanggapan