Pada awal Juni 2025, data citra satelit terbaru yang dianalisis oleh badan antariksa internasional memperlihatkan bahwa Pulau Plastik di Samudra Pasifik mengalami peningkatan kepadatan hingga 14,2 kilogram plastik per kilometer persegi, naik lima kali lipat dibandingkan tujuh tahun lalu. Luas area yang teridentifikasi mencapai 1,6 juta kilometer persegi, sebanding dengan tiga kali luas Perancis, menjadikannya pulau plastik terbesar di dunia.
Analisis ini menggunakan sensor optik beresolusi tinggi dan algoritma pembelajaran mesin untuk memetakan konsentrasi mikroplastik di permukaan laut. Citra satelit mengonfirmasi bahwa serpihan plastik berukuran sentimeter meningkat lebih cepat daripada plastik besar, dengan kepadatan partikel melonjak dari satu juta partikel per kilometer persegi pada 2015 menjadi lebih dari sepuluh juta partikel pada 2022.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Environmental Research Letters pada November 2024 mendukung temuan ini, menunjukkan bahwa mikroplastik baru yang terbentuk di wilayah timur Samudra Pasifik utara kini hampir lima kali lebih banyak dibanding satu dekade lalu. Faktor utama peningkatan adalah arus laut yang terus membawa limbah dari pesisir Amerika Utara, Asia dan negara pulau Pasifik, serta aliran sungai besar seperti Yangtze dan Mississippi yang memasok plastik dari daratan.
Lokasi tepat Pulau Plastik berada di antara garis lintang 32 derajat utara hingga 42 derajat utara dan bujur 135 derajat barat hingga 155 derajat barat. Musim dingin dan musim gugur di belahan utara menyebabkan konsentrasi mikroplastik mengendap pada titik tengah gyre, sedangkan musim panas mempercepat penyebaran serpihan halus ke wilayah sekitarnya.
Dampak ekologis sudah terlihat nyata. Ikan pelagis, penyu laut dan burung laut semakin sering ditemukan terjerat atau menelan plastik yang menyerupai plankton. Sejumlah studi mengungkap turunnya reproduksi hewan dan gangguan rantai makanan akibat akumulasi mikroplastik hingga lapisan terdalam samudra. Kelompok penelitian ekologi kelautan di University of California mendokumentasikan penurunan 20 persen populasi plankton di area terdekat dalam tiga tahun terakhir, diduga berkaitan langsung dengan peningkatan mikroplastik.
Upaya pembersihan pun terus ditingkatkan. Organisasi nirlaba The Ocean Cleanup mengoperasikan sistem System 03 untuk mengumpulkan plastik di pusat gyre, dengan target mengurangi massa plastik hingga 10 persen dalam dua tahun ke depan. Pada 2024, mereka telah berhasil mengangkat lebih dari 20 juta kilogram plastik. Meski demikian, para ilmuwan menegaskan bahwa tanpa pengurangan limbah plastik di daratan dan kebijakan pengelolaan sampah yang lebih ketat, pembersihan di lautan hanya akan berdampak sementara.
Pihak PBB dan pertemuan Pra-COP30 di Bonn bulan Juni 2025 menegaskan pentingnya perjanjian global untuk mengurangi 40 persen produksi plastik primer antara 2025 hingga 2040. Negara-negara Pulau Pasifik meminta bantuan teknis dan pendanaan untuk program pencegahan sampah plastik dari sumber, terutama di wilayah pesisir yang rentan.
Menurut laporan Food and Agriculture Organization, lebih dari 80 persen sampah laut berasal dari daratan, di mana mayoritas berasal dari limbah industri dan rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik. Praktik daur ulang global saat ini stagnan di bawah 10 persen, sehingga sebagian besar plastik berakhir di sungai dan akhirnya di lautan.
Secara ekonomi, peningkatan Pulau Plastik juga berdampak pada prosedur navigasi dan biaya perawatan kapal. Asuransi maritim mencatat kenaikan klaim kerusakan mesin akibat serat plastik yang menyumbat sistem pendingin pada kapal tangker dan peti kemas. Sementara itu, industri pariwisata di Hawaii dan pantai barat Amerika semakin gencar mengkampanyekan wisata ramah lingkungan dan membersihkan pantai secara berkala.
Sebagian besar ahli sepakat bahwa solusi berkelanjutan mesti melibatkan sinergi antara teknologi pemantauan satelit, regulasi emisi plastik di daratan, dan inovasi dalam material alternatif yang dapat terurai secara hayati. Hasil temuan terbaru ini menjadi peringatan tegas bahwa penanganan polusi plastik harus dilakukan sekarang juga, sebelum dampak ekologis dan ekonomi menjadi semakin sulit dikendalikan.
Sumber
- https://www.earthdata.nasa.gov/news/feature-articles/tracking-ocean-plastic-from-space
- https://www.earth.com/news/surging-plastic-levels-found-in-the-north-pacific-garbage-patch
- https://www.sciencealert.com/satellite-system-reveals-the-fluctuations-of-microplastics-around-the-world
- https://theoceancleanup.com/great-pacific-garbage-patch