Logo Makna Media
Makna Media
Tema
Berita oleh Mince Oktaviani pada Senin, 23 Juni 2025 pukul 02.00

Sulitnya Cari Kerja di Indonesia: Dari Penipuan Kerja hingga Jual Ginjal Demi Bertahan Hidup

Sulitnya cari kerja di Indonesia membuat banyak warga nekat ke luar negeri. Alih-alih sejahtera, mereka justru tertipu, disiksa, bahkan terpaksa jual ginjal.

Sulitnya Cari Kerja di Indonesia: Dari Penipuan Kerja hingga Jual Ginjal Demi Bertahan Hidup
Migrant workers in Cambodia on freepik

Di tengah himpitan ekonomi dan sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak, banyak masyarakat Indonesia terutama dari kalangan menengah ke bawah nekat mengambil jalan pintas. Mereka rela mengikuti tawaran kerja ke luar negeri dengan iming-iming gaji tinggi dan hidup sejahtera. Sayangnya, mimpi indah itu kerap berubah menjadi mimpi buruk.

Kasus penipuan kerja ke Kamboja menjadi salah satu potret buram dari kegagalan sistem yang seharusnya melindungi warganya. Tak sedikit korban yang dijebak menjadi buruh digital ilegal, dipaksa menipu, bahkan disiksa secara fisik dan mental. Semua itu berawal dari satu alasan yaitu terdesaknya kebutuhan hidup, dan terlalu banyaknya hambatan dalam mencari kerja di negeri sendiri.

Mencari Kerja: Bukan Sekadar Kompetensi, tapi Juga Koneksi

Fenomena pengangguran bukan hal baru di Indonesia. Meski lulusan perguruan tinggi terus meningkat setiap tahun, angka pengangguran pun tetap tinggi. Ironisnya, banyak lowongan kerja yang mensyaratkan memiliki pengalaman, usia maksimal yang terbatas, bahkan koneksi orang dalam.

Bagi masyarakat bawah yang tak punya modal, akses pendidikan, atau relasi kuat, mencari kerja bisa menjadi perjuangan yang nyaris mustahil. Bayangkan, bagaimana seseorang bisa memenuhi syarat minimal 2 tahun pengalaman jika tak pernah diberi kesempatan pertama? Akibatnya, peluang kerja hanya dimiliki oleh mereka yang beruntung, sementara sisanya harus rela gigit jari.

Jalan Pintas yang Berujung Sengsara

Ketika pintu-pintu tertutup rapat di dalam negeri, tawaran kerja ke luar negeri terlihat seperti cahaya di ujung lorong gelap. Mereka dijanjikan pekerjaan nyaman, gaji besar, dan hidup layak di negara asing. Tawaran ini sering datang melalui media sosial, grup WhatsApp, atau bahkan dari orang yang mengaku sebagai agen resmi.

Namun di balik janji manis itu, tersembunyi perangkap kejam. Banyak dari mereka yang tiba di Kamboja atau negara-negara Asia Tenggara lainnya justru disekap, dipaksa bekerja di perusahaan penipuan daring (scam center), dan kehilangan semua haknya sebagai manusia. Tak sedikit yang disiksa, dipaksa menipu orang lain, bahkan ada yang tak bisa pulang karena paspor ditahan.

Terpaksa Menjual Ginjal: Bukti Kepiluan yang Nyata

Seolah belum cukup tragis, ada pula kisah nyata orang yang menjual ginjalnya demi mendapatkan uang untuk bertahan hidup. Fenomena ini terjadi di beberapa daerah miskin, di mana pilihan kerja sangat terbatas, dan kebutuhan sehari-hari semakin menghimpit.

Menjual organ tubuh bukan hanya tindakan ekstrem, tapi juga bukti bahwa sistem sosial kita sedang tidak baik-baik saja. Ketika seorang manusia merasa lebih mudah menjual ginjal daripada mendapat pekerjaan, maka kita patut bertanya: ada apa dengan negeri ini?

Peran Pemerintah dan Minimnya Perlindungan

Meski pemerintah telah memberi imbauan untuk waspada terhadap penipuan kerja ke luar negeri, masih banyak celah yang membuat masyarakat mudah tertipu. Kurangnya pengawasan terhadap agen-agen kerja ilegal, minimnya edukasi di daerah terpencil, serta tidak adanya akses kerja yang inklusif membuat masyarakat rentan terjerat.

Perlindungan tenaga kerja Indonesia seharusnya tidak hanya diberikan setelah mereka menjadi korban, tetapi sejak awal dengan membuka akses kerja seluas-luasnya di dalam negeri dan menciptakan iklim kerja yang adil dan transparan. Namun sayangnya, hingga hari ini, upaya itu belum terasa nyata bagi mereka yang hidup di lapisan bawah.

Sulitnya mencari kerja bukan hanya soal kemampuan individu, tetapi juga cerminan ketimpangan sistemik dalam dunia kerja kita. Ketika pekerjaan hanya tersedia bagi mereka yang punya koneksi, berusia muda, dan sudah berpengalaman, maka yang tertinggal adalah rakyat kecil yang terus dihimpit keadaan.

Kasus penipuan kerja ke luar negeri dan tragedi menjual ginjal adalah alarm keras bagi kita semua bahwa sistem harus dibenahi dari akar. Kita butuh pemerataan kesempatan kerja, perlindungan tenaga kerja yang menyeluruh, dan kesadaran kolektif bahwa kesejahteraan tidak boleh menjadi kemewahan, melainkan hak setiap warga negara.

Bagi para pencari kerja, jangan mudah tergoda janji manis yang belum pasti. Periksa legalitas agen, cari informasi dari sumber resmi, dan sebisa mungkin jalin komunitas untuk saling berbagi info lowongan kerja yang aman. Dan bagi para pengambil kebijakan, sudah waktunya kita bicara serius. Bukan hanya soal angka pertumbuhan ekonomi, tapi tentang manusia yang tertinggal karena sistem yang tak berpihak.

Topik