Logo Makna Media
Makna Media
Tema
Cerita oleh Muhammad Faishal pada Sabtu, 21 Juni 2025 pukul 16.53

Cahaya Lilin di Balik Tembok Gaza

Cerpen satir yang menggugah tentang Gaza, menyoroti keberanian dan harapan rakyat Palestina di tengah kekejaman ideologi Zionis. Kisah kemanusiaan yang tak bisa dibungkam tembok dan propaganda.

Cahaya Lilin di Balik Tembok Gaza
Illustration by Sora with content description as the prompt.

Konflik di Gaza bukan hanya soal wilayah atau politik. Ia adalah luka terbuka kemanusiaan yang terus berdarah, dibungkam narasi media dan dibajak oleh kepentingan global. Namun, di tengah reruntuhan dan blokade, tetap tumbuh sebatang harapan. Cerpen ini bukan sekadar cerita—ini adalah potret satir dari sebuah kenyataan yang terlalu lama dibiarkan menghitam. 

Di sebuah kota yang sudah tak lagi disebut namanya di peta, berdiri dinding beton setinggi dusta dan selebar pengkhianatan. Di dalamnya, hidup Anisa, gadis kecil yang pernah punya rumah, dan Malak, pemuda yang pernah punya masa depan.

Setiap pagi, Anisa menyalakan lilin di jendela kecil rumahnya yang setengah runtuh.
“Untuk apa kau nyalakan itu tiap hari?” tanya Malak.
“Untuk mengingatkan langit,” jawab Anisa, “bahwa kami di sini masih hidup, walau dunia berpura-pura tidak melihat.”

Di sisi lain tembok, para penjaga moral dunia sibuk bersidang. Berjas rapi, berdasi bendera palsu, mereka menyebut kehancuran itu sebagai "langkah pertahanan." Mereka punya grafik, punya statistik, punya kamera. Tapi mereka tak punya rasa.

Setiap ledakan adalah “ketidaksengajaan,” setiap korban adalah “efek samping.” Di podium mereka berkoar tentang “hak untuk membela diri,” tapi tidak pernah bicara tentang hak untuk tetap hidup.

Suatu malam, Malak dan Anisa duduk di atap reruntuhan sekolah. Di atas, langit mendung. Di bawah, dunia lebih gelap.
“Kalau kita mati besok, siapa yang akan tahu kita pernah ada?” tanya Malak.
Anisa mengangkat lilinnya tinggi-tinggi.
“Mereka akan tahu. Karena cahaya tak bisa dibunuh oleh peluru. Ia tetap hidup di mata yang berani melihat.”

Malam itu, lilin Anisa tak lagi sendiri. Di setiap jendela, muncul nyala kecil. Satu per satu, kota itu bersinar dalam bisu. Dan di luar tembok, seseorang akhirnya bertanya, “Mengapa mereka masih menyala?”

Kesimpulan

Di tengah gelapnya kekuasaan yang menindas dan narasi yang membungkam, selalu ada cahaya yang tak bisa dipadamkan: kebenaran, harapan, dan perlawanan. Cerita Anisa dan Malak mewakili suara-suara kecil yang justru menyimpan kekuatan paling besar—keteguhan untuk tetap manusia, bahkan ketika dunia sudah kehilangan akalnya. 

Penutup

Cahaya Lilin di Balik Tembok Gaza adalah pengingat: bahwa kemanusiaan bukan milik negara adidaya, bukan hak istimewa ideologi tertentu, dan tak bisa disaring oleh algoritma media sosial. Selama masih ada yang menyulut nyala harapan di tengah reruntuhan, Gaza belum kalah. Dan selama cerita ini masih dibaca, kebohongan belum benar-benar menang. 

Topik