Pecinta buku tidak asing dengan dua karya epik, The Silmarillion dan A Song Of Ice And Fire. Kedua karya ini bertema gelap, penuh dengan kejatuhan, tipu daya, dan diwarnai karakter-karakter kompleks serta tragedi sebagai inti cerita.
Ketika kita membaca The Silmarillion, kita dibawa ke dunia yang meski gelap dan penuh tragedi, masih menyisakan secercah cahaya.
Cahaya dari nilai-nilai yang jelas, di mana setiap kisah para karakternya sarat dengan pengorbanan, penderitaan, dan harapan untuk tetap berjalan di jalan yang benar.
Sebaliknya, saat membaca A Song Of Ice And Fire, terasa seperti terperangkap dalam dunia tanpa kepastian, di mana kehormatan pun mudah dilenyapkan oleh eksekutor, dan kejahatan terus berkuasa tanpa henti.
The Silmarillion memang sarat dengan peperangan, kegagalan, serta pengkhianatan, namun setiap tindakan membawa konsekuensi moral yang jelas. Misalnya, Feanor dan anak-anaknya dihukum bukan hanya karena kegagalan mereka, namun karena telah melanggar tatanan suci demi kesombongan pribadi.
Di dunia G.R.R Martin, kejahatan seringkali menjadi satu-satunya jalan benar untuk bertahan hidup. Seolah-olah ia mengajarkan bahwa untuk bertahan di dunia yang rusak, seseorang pun harus menjadi rusak.
Untuk Tolkien, meski sistem dunia mungkin rusak, bukan berarti dunia itu harus dipenuhi oleh orang-orang yang rusak. Dalam The Silmarillion, di tengah sistem yang hancur dan kejatuhan yang panjang, masih ada Finrod Felagund yang rela mati demi manusia yang bukan bangsanya. Ini menunjukkan bahwa penderitaan demi tetap menempuh jalan benar tidak pernah sia-sia.
Sementara di Westeros, cinta bisa berubah menjadi sesuatu yang tak bermoral, dan kebaikan seperti milik Ned Stark justru tak membawa keselamatan, malah berakhir sia-sia.
Kesimpulan
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.
Penutup
Pada akhirnya, meski kedua kisah menghadirkan tragedi, karakter kompleks, dan dunia kaya, The Silmarillion membiarkan cahaya moral tetap bersinar, sementara ASOIAF membiarkan cahaya dan moralitas tenggelam dalam abu-abu dan kegelapan dunia.
Respon