Logo Makna Media
Makna Media
Tema
Berita oleh Muhammad Faishal pada Sabtu, 21 Jun 2025 pada 5:26 PG

Meme 'Perang Dunia III' Meledak Usai Isu Intervensi Trump

Warganet di X membanjiri meme WWIII setelah Trump ancam intervensi militer ke Iran, mencerminkan humor gelap dan kecemasan geopolitik global.

Tagar “World War III” dan variasinya mendadak mendominasi linimasa X dan platform lain hari ini setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam tindakan militer terbatas terhadap Iran jika serangan rudal tidak dihentikan, memicu ledakan meme gelap dan satire di kalangan pengguna media sosial.

Pernyataan Trump disampaikan dalam konferensi pers di Gedung Putih pada 19 Juni 2025 waktu Washington DC, di tengah konsultasi intensif Pentagon dan batas waktu dua minggu kepada Iran untuk menahan diri, yang kemudian memicu reaksi cepat global pada 20 Juni 2025 malam WIB. Tagar #WWIII tercatat masuk jajaran tren teratas di X, dengan jutaan unggahan menggunakan humor gelap untuk meredam kecemasan geopolitik.

Respons warganet sangat beragam, mulai dari parodi peta perang dunia, foto Trump bertuliskan “Draft Call-Up,” hingga GIF “evakuasi massal” yang menyindir isu wajib militer. Fenomena ini mencerminkan kebiasaan generasi muda menggunakan satir daring sebagai mekanisme koping saat menghadapi ketidakpastian global.

Di sisi lain, Iran merespons dengan peringatan keras. Ayatollah Ali Khamenei menegaskan setiap serangan AS akan berakibat “konsekuensi serius yang tak terpulihkan,” menegaskan kesiapan Iran untuk membalas jika diprovokasi. Sementara itu, Kongres AS tengah membahas resolusi kewenangan perang yang mewajibkan persetujuan lembaga legislatif sebelum Presiden dapat melancarkan aksi militer ke Iran.

Fenomena meme “Perang Dunia III” kali ini melanjutkan tradisi humor gelap netizen saat ketegangan AS–Iran memuncak, sebagaimana terjadi setelah pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani pada Januari 2020. Para ahli seperti Jamie Withorne dari Middlebury Institute menilai meme tersebut menggambarkan ketidaktahuan publik tentang dinamika konflik, namun sekaligus menjadi “cara ekspresif untuk menghadapi ketakutan.”

Topik