Air mata, bagi sebagian orang, dianggap sebagai lambang kelemahan. Tapi dalam Islam, tangisan bukan sekadar luapan emosi. Ia bisa jadi tanda iman, bentuk ketakwaan, bahkan bernilai ibadah. Dalam Al-Qur’an dan hadits, ada banyak kisah tentang tangisan yang bukan hanya menyentuh hati, tapi juga membuka pintu surga.
Tangisan Rasulullah di Tengah Malam
Nabi Muhammad ﷺ adalah manusia pilihan yang paling dicintai Allah. Tapi pernahkah kita tahu, bahwa Rasulullah ﷺ sering menangis? Terutama saat shalat malam.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah menangis semalaman saat membaca ayat:
"In tu‘azzibhum fa-innahum ‘ibāduka, wa in taghfir lahum fa-innaka Antal-‘Azīzul-Hakīm."
(Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) (QS. Al-Ma’idah: 118).
Air mata Rasulullah menetes bukan karena kesedihan dunia, tapi karena rasa takut dan cinta yang begitu dalam kepada Allah. Beliau menangis karena memahami betapa agungnya sifat Allah: Maha Pengampun sekaligus Maha Adil.
Tangisan yang Tak Akan Disentuh Api Neraka
Islam tidak melarang menangis. Bahkan ada tangisan yang menjadi pelindung dari api neraka.
Dalam hadits riwayat At-Tirmidzi, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Dua mata yang tidak akan disentuh oleh api neraka: mata yang menangis karena takut kepada Allah dan mata yang berjaga di jalan Allah.”
Betapa besar kemuliaan air mata yang lahir dari rasa takut kepada Allah. Tangisan seperti ini adalah bentuk kesadaran ruhani, bahwa kita adalah hamba yang lemah, penuh dosa, dan selalu butuh rahmat-Nya.
Sahabat yang Menangis saat Membaca Al-Qur’an
Bukan hanya Rasulullah ﷺ, para sahabat juga dikenal sebagai generasi yang mudah menangis karena ayat-ayat Allah. Umar bin Khattab, lelaki perkasa yang ditakuti musuh-musuhnya, bisa menangis tersedu saat membaca Al-Qur’an.
Diriwayatkan bahwa ketika Umar membaca surah At-Tur: 7-8, ia jatuh sakit selama beberapa hari karena begitu takut akan hari kiamat. Padahal ia dikenal pemberani dan pemimpin yang tegas.
Air mata para sahabat bukan karena kelemahan hati, melainkan karena kekuatan iman. Mereka menangis karena sadar betapa kecilnya mereka di hadapan keagungan Allah.
Tangisan Orang Biasa yang Menggetarkan Langit
Tangisan dalam Islam bukan hanya untuk para nabi dan sahabat. Siapa pun bisa merasakan kedekatan dengan Allah melalui air mata.
Seorang tabi’in bernama Abu Hazim pernah berkata, “Air mata lebih aku sukai daripada emas dan perak. Karena tangisan bisa menyelamatkanku dari api neraka.”
Subhanallah, betapa indahnya pemahaman para ulama dahulu. Mereka tahu bahwa satu tetes air mata yang tulus karena Allah, lebih berharga dari dunia dan isinya.
Tangisan Karena Takut Neraka
Salah satu jenis tangisan paling mulia adalah tangisan karena takut neraka. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah ﷺ pernah berkata:
“Tidaklah seseorang menangis karena takut kepada Allah, melainkan Allah akan mengharamkan wajahnya dari api neraka.” (HR. Al-Hakim)
Menangis karena takut neraka bukan berarti putus asa. Justru itu tanda hati yang hidup, hati yang sadar bahwa hidup ini hanya sementara dan akhirat adalah tujuan abadi.
Tangisan yang Dicintai oleh Allah
Dalam surat Al-Isra’ ayat 109, Allah memuji orang-orang yang menangis saat mendengar Al-Qur’an:
"Dan mereka menyungkurkan wajah mereka sambil menangis, dan mereka bertambah khusyuk."
Allah mencintai hamba-Nya yang lembut hatinya. Hati yang mudah tersentuh oleh kebenaran, hati yang menangis saat mengingat dosa, dan hati yang rindu untuk kembali kepada-Nya.
Menjadikan Tangisan Sebagai Jalan Taubat
Tangisan bukan hanya ekspresi emosional, tapi juga pintu taubat. Betapa banyak orang yang hidup dalam kelalaian, lalu menangis dalam sujudnya, dan sejak itu berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Tangisan di malam hari, saat semua orang terlelap, adalah momen paling mulia untuk mengadu kepada Allah. Saat itulah tangisan menjadi bahasa hati yang paling jujur.
“Ketika manusia menangis kepada Allah, maka Allah akan menjawab tangisannya dengan rahmat dan kasih sayang.”
Kesimpulan
Dalam dunia yang sering menilai air mata sebagai kelemahan, Islam justru memuliakannya. Tapi bukan sembarang air mata. Melainkan air mata karena Allah, karena takut, cinta, dan rindu kepada-Nya.
Jadi jika hatimu tersentuh saat mendengar ayat Al-Qur’an, atau merasa sesak saat mengingat dosa-dosa yang lalu, jangan tahan air mata itu. Biarkan mengalir, karena bisa jadi itulah detik-detik di mana Allah menerima taubatmu.
Tangisan bukan kelemahan. Dalam Islam, ia bisa menjadi kekuatan, bahkan jalan menuju surga.
Tanggapan