Pada 1 Juni 2025, militer Ukraina melancarkan serangkaian serangan drone yang menargetkan beberapa pangkalan udara militer di Rusia, termasuk fasilitas utama di Saratov Oblast dan sekitarnya. Ledakan besar terdengar hingga ratusan kilometer dari lokasi kejadian, menandakan eskalasi serius dalam konflik bersenjata antara kedua negara.
Dampak langsung dari serangan ini terasa di pasar energi global. Saat pembukaan perdagangan 2 Juni 2025, harga minyak Brent melonjak sekitar tiga persen, mendekati 65 dolar AS per barel di bursa London dan New York. Lonjakan ini dipicu oleh kekhawatiran gangguan pasokan minyak global akibat kerusakan infrastruktur logistik dan distribusi energi Rusia.
Beberapa pangkalan udara yang diserang merupakan simpul penting dalam jalur pengiriman minyak mentah dari wilayah barat Kazakhstan ke pelabuhan-pelabuhan di Laut Hitam. Gangguan pada jalur ini berpotensi menurunkan pasokan minyak global hingga satu persen dalam jangka pendek. Para analis memperkirakan ketidakpastian ini dapat menambah tekanan harga serta meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar dan konsumen global.
Situasi makin kompleks karena dinamika geopolitik, terutama tekanan politik dari Amerika Serikat. Beberapa anggota Senat, seperti Lindsey Graham dan Richard Blumenthal, menyerukan pembahasan tarif tambahan atas impor minyak Rusia dalam pertemuan Kelompok Tujuh (G7). Tujuannya adalah menekan pendapatan sektor energi Rusia untuk melemahkan dukungan logistik Moskow dalam konflik Ukraina. Pernyataan ini meningkatkan ekspektasi sanksi baru yang turut mendorong kenaikan harga minyak.
Dari sisi pasokan, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) memutuskan pada akhir Mei 2025 untuk menaikkan produksi minyak sebesar 411.000 barel per hari mulai Juli mendatang. Namun, kenaikan ini di bawah ekspektasi pasar dan dinilai belum cukup untuk mengimbangi potensi gangguan pasokan dari Rusia dan Kazakhstan.
Sepanjang tahun 2025, harga Brent sempat turun sekitar 13 persen akibat kekhawatiran perlambatan permintaan global yang dipicu ketegangan dagang. Namun, eskalasi konflik militer dan ketidakpastian geopolitik menyebabkan fluktuasi tajam dalam jangka pendek.
Gejolak harga minyak pekan ini menegaskan betapa sensitifnya pasar energi terhadap perkembangan politik dan keamanan internasional. Prospek stabilisasi harga masih sulit dicapai selama konflik berlangsung dan belum ada kepastian jalannya negosiasi damai. Perundingan antara Rusia dan Ukraina yang dijadwalkan di Istanbul tengah Juni 2025 kini terbayang potensi aksi balasan atau operasi militer lanjutan.
Situsasi ini menggarisbawahi pentingnya keterkaitan antara keamanan regional, kebijakan energi, dan tekanan geopolitik dalam membentuk dinamika pasar energi global. Semua pemangku kepentingan diperkirakan akan terus memantau respons Amerika Serikat, negara-negara G7, dan kebijakan OPEC+ dalam waktu dekat.
Sumber
- https://www.wsj.com/livecoverage/stock-market-today-trump-tariffs-trade-war-06-02-2025/card/oil-prices-rise-after-ukrainian-strikes-on-russia-xEUqtohf9Vne1qPC6MDd
- https://www.barrons.com/articles/oil-prices-opec-russia-ukraine-exxon-chevron-89a26411
- https://internasional.kontan.co.id/news/volume-pengiriman-minyak-rusia-turun-imbas-serangan-drone-ukraina