PYONGYANG, 23 Juni 2025 — Korea Utara secara resmi mengecam keras serangan udara yang dilancarkan Amerika Serikat terhadap sejumlah fasilitas militer dan infrastruktur strategis milik Iran. Dalam pernyataan yang dirilis oleh kantor berita KCNA, pemerintah Pyongyang menyebut serangan tersebut sebagai “tindakan agresi terang-terangan” dan “pelanggaran serius terhadap kedaulatan nasional” Iran.
Kementerian Luar Negeri Korea Utara menyebut bahwa langkah Washington “melanggar Piagam PBB” dan meminta komunitas internasional bersuara menentang tindakan yang dinilai sepihak dan provokatif itu.
Meski bukan sekutu formal, Korea Utara dan Iran diketahui memiliki hubungan teknis, terutama di bidang militer dan teknologi rudal. Kecaman ini mencerminkan solidaritas geopolitik yang bisa memicu perhatian negara-negara besar lainnya.
Pernyataan Korea Utara menambah panjang daftar negara yang mengecam tindakan AS-Israel. Sebelumnya, Rusia, Tiongkok, dan bahkan Vatikan telah menyuarakan kekhawatiran atas eskalasi yang berpotensi meluas.
Dengan menyebut “pelanggaran kedaulatan,” Korea Utara mencoba menekan komunitas global untuk melihat serangan ini bukan sebagai bagian dari konflik regional, tapi sebagai ancaman terhadap tatanan hukum internasional. Komentar ini dapat menjadi sinyal koordinasi lebih besar di antara negara-negara yang menentang hegemoni Barat, memunculkan ketegangan baru di level diplomatik global.
Sementara sejumlah negara Barat mendukung tindakan AS dengan dalih “membela sekutu,” negara-negara di kawasan Timur dan Selatan Global justru melihatnya sebagai pemicu ketegangan. PBB sendiri menyerukan penahanan diri dan menghindari tindakan sepihak yang bisa memperkeruh keadaan.
Komentar pedas dari Korea Utara menunjukkan bahwa konflik antara Iran dan Israel kini telah melewati batas konflik bilateral. Ketika negara-negara seperti Korut ikut angkat suara, situasi ini bukan lagi sekadar urusan satu kawasan, melainkan menjadi pertarungan narasi global antara Barat dan Timur.
"Apakah ini akan berujung pada konflik diplomatik skala penuh? Ataukah dunia akan kembali ke meja negosiasi sebelum semuanya terlambat?"
Tanggapan