Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 17 Juni 2025 mendesak Iran untuk menyerah tanpa syarat dalam konflik yang semakin memanas dengan Israel, sambil memperingatkan bahwa Gedung Putih tengah menyiapkan opsi militer tambahan di kawasan Timur Tengah.
Trump mengeluarkan pernyataan resmi dari Washington, DC, yang menyebutkan bahwa Amerika Serikat dan sekutunya telah mencapai keunggulan udara dan bahwa waktu bagi rezim Iran untuk memilih diplomasi telah habis. Pernyataan ini datang setelah lima hari serangan udara Israel ke instalasi militer Iran dan serangan balasan rudal Iran ke wilayah Israel, termasuk sirene udara di Tel Aviv.
Ayatollah Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran, menolak tuntutan tersebut secara keras dalam pidato yang disiarkan dari Tehran, menyebut permintaan Trump sebagai “pelecehan terhadap kedaulatan nasional” dan menyerukan untuk melawan agresi apa pun terhadap negaranya. Khamenei menegaskan bahwa Iran tidak akan tunduk pada tekanan militer atau diplomasi paksa lantaran pengalaman pahit sejak penarikan AS dari kesepakatan nuklir 2015.
Konflik ini bermula setelah serangan udara Israel menewaskan beberapa komandan militer Iran di wilayah perbatasan Irak, memicu serangkaian serangan dan balasan yang melibatkan penggunaan rudal balistik dan jet tempur canggih F‑35. Keputusan Trump untuk mendukung Israel sambil menambahkan tekanan langsung terhadap Tehran menunjukkan eskalasi peran AS dari sekadar pengamat menjadi aktor utama dalam krisis ini.
Di arena internasional, Sekretaris Jenderal PBB dan beberapa pemimpin Eropa menyerukan deeskalasi dan kembalinya jalur diplomasi, sementara Kongres AS tengah membahas resolusi yang membatasi kewenangan presiden untuk melancarkan operasi militer baru tanpa persetujuan parlemen.
Tanggapan (1)
Keren