Logo Makna Media
Makna Media
Tema
Cerita oleh Henny Kristina pada Kamis, 12 Juni 2025 pukul 05.00

Misteri Hantu di Tangsi Militer: Kisah Horor Nyata

Asrama bergaya Belanda di Boyolali menyimpan sejarah dan cerita hantu yang menggetarkan pengalaman masa kecilku.

"Hah” beneran!” Itulah awal kalimat yang kuucapkan ketika aku baru sadar, waktu itu di usiaku yang sudah kepala empat baru tahu ketika aku baca artikel kalau asrama yang kutempati di masa kecil, atau orang dulu menyebutnya "Tangsi" mempunyai cerita sejarah yang sampai sekarang masih dikenang dan punya nilai sejarah. Bermacam-macam artikel menyebutkan bangunan Belanda yang berdiri sekitar tahun 1914 itu sampai sekarang masih membekas dan punya cerita sejarah yang tidak ternilai harganya. Bangunan itu terletak di Jalan Melati, dulu posisinya di belakang Sekolah Pendidikan Guru. Di sebelah kanan Jalan Melati itu ada Gedung Pengadilan yang konon juga bangunan Belanda. Di Tangsi katanya dulunya tempat tahanan Tentara Belanda dan pemberontak Pemerintahan. Walaupun tidak terlalu lama karena aku tinggal di Tangsi dari aku TK sampai SD, aku masih ingat kejadian-kejadian horor di Tangsi dan di sumur tua dekat lapangan SPG Boyolali. Aku tidak percaya pernah menempati tempat yang menyimpan banyak sejarah itu.

YUK IKUTIN KISAH NYATAKU INI!!!

Awalnya aku tidak menduga apa yang pernah kualami sewaktu tinggal di Tangsi atau asrama tentara di Boyolali, Jawa Tengah, jadi mempunyai cerita yang tidak akan terlupakan di sepanjang hidupku. Melihat hantu, pernah sakit tidak bisa jalan selama 3 bulan, yang konon kata seorang orang pintar aku kesambet arwah orang Belanda.

Hantu seperti apa yang pernah kulihat dan kesambet alias kerasukan roh hantu gentayangan. Yuk simak dan baca kisahku!!!

Aku terlahir dari bapak seorang prajurit atau tentara yang awalnya berdinas di Srondol, Jawa Tengah. Aku anak ke empat dari enam bersaudara. Lahir di tahun 1970, masa itu adalah era yang masih jauh dari kata modern. Sudah tidak bisa dipungkiri kalau seorang tentara siap dipindah tugaskan, kapanpun harus siap. Usiaku ketika pindah ikut orang tua dari Srondol ke Kodim Boyolali 5 tahun. Sekolahku tidak jauh dari Tangsi, namanya TK PERSIT.

Keluargaku ditempatkan di asrama atau barak militer yang diisi 3 keluarga. Dari bangunan sudah kelihatan syahdu bergaya arsitektur Belanda. Untuk aktivitas bersama ada sebuah sumur terletak pas di samping kamar orang tuaku. Kamarku dan saudaraku pun berdampingan dengan kamar orang tuaku.

Bangunan kuno ini tertulis tanggal dibuatnya ada di jendela atas dekat plafon 1914. Wah lumayan sudah cukup lama. Di belakang asrama itu ada kamar-kamar yang ada jeruji besinya. Waktu aku kecil belum paham betul, untuk apa jeruji besi itu, kalau sekarang seperti rumah tahanan.

Di awal baru pindah kira-kira seminggu, aku dan saudaraku yang perempuan tidur satu tempat tidur besi. Karena kamarnya cukup luas jadi tempat tidur ada dua ukuran besar. Untuk saudara laki-laki ada 2 karena adeku yang bungsu lahir di Boyolali tahun 1981, jadi waktu kejadian itu belum lahir. Kami 3 perempuan dan 2 laki-laki. Zaman dulu anak tentara banyak karena belum ada KB.

Bapaku sebagai tentara dalam satu minggu dapat giliran piket jaga di Kodim. Nah ini awal kejadiannya yang sampai sekarang saudara-saudaraku masih ingat kejadian itu.

Tiba-tiba di sekitar satu malam, di kamarku dan saudara terdengar suara tongkat yang mengetok-ngetok sambil jalan. Berpindah-pindah ke bawah kolong ranjang. Aku dan mbak, mas ku ketakutan dan pindah ke kamar ibuku. Kami semua tidak bisa tidur, suara tongkat memukul ranjang itu pun malah pindah ke kamar ibuku.

Ibuku panik, apalagi aku dan saudaraku, kami hanya bisa diam tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kira-kira sekitar satu jam berhenti. Aku masih ketakutan tetap di kamar ibuku sampai menunggu bapakku datang. Selang dua jam bapakku pulang, beliau kaget lihat kami kakak beradik tidur satu ranjang dengan ibuku. Apa respon bapakku ketika kami menceritakan kejadian yang baru terjadi? Eh bapakku malah bilang kami hanya halu. Mungkin bagi bapakku merasa aneh atau supaya kami tidak percaya kalau setan itu tidak ada di asrama.

Nah benar kata orang, kalau belum melihat sendiri baru percaya. Ini terjadi sama bapakku keesokan harinya beliau tidak mendapat jadwal piket, otomatis malam bisa menemani tidurku. Sejak kejadian semalam aku tidur sama bapakku, karena adeku tidur sama ibuku. Aku pun dibiasakan tidur tidak boleh melebihi jam 9 malam, maklum didikan militer bapakku sangat ketat.

Sekitar jam 1 malam aku terbangun, mendengar suara bapakku seperti mengusir suara tongkat yang mulai mengganggu kami. Aku mendengar ucapan bapakku, sepertinya komunikasi dengan pengganggu tersebut. "Aku di sini tugas, jangan ganggu anak-anaku!" "Aku dan keluargaku tidak mengganggu kamu." Begitu yang terucap dari mulut bapakku.

Entah sugesti atau apa, setelah bapakku mengucapkan kalimat itu suara tongkat itu pun hilang. Akan tetapi aku masih takut belum berani tidur sama kakakku. Keesokan harinya bapakku bertanya sama tetangga, menanyakan apakah di ganggu suara tongkat, hanya satu keluarga yang mengalami kejadian serupa namun hanya sebentar.

Sekilas tentang bapakku, beliau lahir di Solo dan mempunyai bapak yang bekerja di Abdi Dalam Keraton Surakarta. Nah kebetulan tetangga di Tangsi itu mempunyai ilmu kebatinan. Setelah berdiskusi bapakku dan tetanggaku ini mencari tahu asal usul sang pengganggu di malam hari. Apa maunya, atau kami melanggar apa yang tidak mereka suka, istilah kasarnya kami seolah-olah mengganggu.

Bapakku pergi ke orang pintar, setelah pulang dari sana aku mendengar dari percakapan ibuku dan bapakku kalau suara tongkat yang muncul malam itu bersumber dari, dulu di Tangsi ini ada seorang Tentara Belanda buta meninggal, konon sang tentara ini berjalan memakai tongkat. Entah apa penyebab dia buta tidak tahu pasti. Sejak bapakku menemui orang pintar dan disuruh memenuhi permintaan sang hantu, suara bunyi tongkat itu sudah tidak menemaniku lagi di malam hari.

Aku kira gangguan dari arwah gentayangan ini tidak ada lagi, eh ternyata masih ada walaupun tidak berwujud akan tetapi sangat mengganggu dan bikin bulu kuduku berdiri dan ketakutan. Selang satu bulan kemudian, kami semua 4 keluarga penghuni Tangsi dibuat bingung dan saling bertanya satu sama lain, apakah ada yang menimba air di malam hari sekitar jam 2 malam.

Seperti yang sudah saya ceritakan di atas, di samping kamar orang tuaku ada sumur umum, ketika kami membuka jendela otomatis akan terlihat sumur yang mempunyai sumber mata air yang bening dan bersih. Untuk aktivitas mandi ada bak kamar mandi besar yang bisa diisi dari sumur.

Tiba-tiba sekitar pukul 2 malam, disaat kami tidur nyenyak dikejutkan oleh suara benda jatuh ke sumur sangat keras dan diiringi suara meluncurnya ember untuk mengambil air ke dasar sumur. Padahal hari tidak hujan dan kebiasaan kami ember diisi air di bawah supaya tidak terjatuh ke bawah. Yang anehnya suara barang jatuh ke dalam sumur itu tidak sekali. Misteri suara sumur nanti akan aku bahas setelah kisahku ini selesai karena masih ada lagi yang lebih menegangkan.

Harap maklum julukan anak kolong atau anak tentara itu identik bandel dan tidak bisa diam. Ku lewati masa TK beranjak lebih besar yaitu masa di saat lagi bandel-bandelnya yaitu masa aku bertambah usia jadi anak SD. Main sepeda di lapangan SPG, cari buah, ke kali yang terletak jalan pandanaran, berenang di Kridanggo, itulah aktivitasku setelah pulang sekolah. Kadang bermain dengan teman-teman sekolah dan teman di asrama Tangsi.

Sekilas tentang ibuku ya, karena ada hubungannya dengan kisah selanjutnya. Selain ibu rumah tangga, ibuku ini mempunyai hobi bermain voli ball, dimasanya sering latihan di SPG, termasuk lengkap ada lapangan voli dan lapangan untuk upacara yang cukup luas. Di belakang lapangan dekat kelas ada sebuah sumur dan sepertinya terhubung ke jalan Melati depan asrama.

Kelas 3 SD di zaman itu anak-anak seusiaku suka bermain rumah-rumahan atau pasaran. Kebetulan hari itu ibuku latihan voli di lapangan SPG, aku pun tidak tinggal diam ikut dengan anak-anak asrama. Kesempatan bermain. Permainan anak-anak perempuan pada waktu itu rumah-rumahan. Main rumah-rumahan tidak afdol kalau tidak bawa properti dari rumah, secarik kain panjang atau orang Jawa menyebutnya jarik. Ibuku tidak memperbolehkan aku membawa jarik yang masih bagus buat main. Jadi aku bawa jarik ibuku yang sudah sedikit usang tapi belum sobek, yang penting bisa untuk bermain rumah-rumahan.

Aku bermain dengan kakaku perempuan yang selisih umurnya hanya satu tahun, dan dua temanku di asrama Tangsi. Di depan sumur itu ada tangga bambu, nah itu yang buat rumah-rumahan. Kain kita lilitkan di tangga jadilah bentuk rumah.

Aktivitas latihan voli ibuku ini selesai sebelum maghrib, jarak lapangan voli dan tempat aku bermain dekat sumur itu tidak terlalu jauh. Nah ini untuk pertama kalinya aku dan teman-temanku melihat hantu, mungkin mereka menegur ku kenapa hari sudah mau maghrib masih juga bermain.

Apa yang bilang memang benar kalau melihat hantu, mulut kita serasa terkunci mau teriak tapi tidak bisa mengeluarkan suara. Sesosok tubuh tinggi besar, dengan wajah rusak, duduk di atas sumur, satu kakinya terjuntai di bawah dan satunya lagi di luar, sambil mengisap rokok besar, dan rambutnya merah pirang, "Oh my God" melihatnya aja serasa mau pingsan dan tidak sanggup berkata-kata lagi. Hantu bule itu menatap dengan sinis. Mungkin marah karena areanya diganggu atau entah alasan apa aku gak tahu pasti.

"OHHHH… TIDAKKKK!!"

Aku hanya punya pikiran ingin kabur dan tidak mau melihat wajahnya yang menyeramkan itu. Kami berempat lari tunggang langgang sambil berteriak tetapi tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Butuh perjuangan untuk bisa lari ke lapangan mencari ibuku untuk menceritakan kejadian yang baru saja kualami. Masih sempat aku menarik harta ibuku yaitu jarik yang kupakai untuk bermain rumah-rumahan walaupun akhirnya harus sobek. Aku dan temanku ditenangkan dan diberi air putih untuk diminum.

Dengan bergegas ada bapak pelatih voli menenangkan kami karena beliau tetanggaku di asrama yang punya ilmu kebatinan. Sampai di rumah pun aku masih ketakutan dan terus ingat wajahnya yang menyeramkan. Baru tahu rasanya lihat hantu, ternyata benar ada, mungkin sebagian orang tidak percaya. Pernah aku berpikir, sebenarnya mereka tidak akan keluar kalau tidak diganggu. Sungguh di luar nalar, ih serem!!

Setelah kejadian itu 4 bulan berselang, tiba-tiba aku tidak bisa bangun tidur, karena kakiku tidak bisa jalan. Padahal aku tidak pernah sakit sebelumnya. Ibuku menangis ketika aku memanggilnya, karena aku tidak bisa bangun dan berjalan di pagi hari.

"Bu, aku gak bisa jalan!"
"Aku mau pipis!" teriaku memanggil ibuku.

Ibuku tidak percaya mendekatiku, "Apa benar kamu tidak bohong?" Ibuku bertanya sambil memapahku ke kamar mandi karena aku mau mandi. Niatku aku bangun mau mandi dan ke sekolah, apa daya kaki malah mendadak lumpuh. Bapakku pun kaget dan tidak percaya, ibuku tidak lama ambil tindakan menggendongku pakai kain panjang membawaku ke orang pintar. Bapakku menjaga adeku yang masih bungsu di rumah.

Jalan yang kami lewati tidaklah mudah untuk menuju ke rumah orang pintar, bayangkan dengan posturku yang tinggi karena keturunan bapakku yang mempunyai tinggi 190-an. Otomatis aku mengikuti garis keturunannya. Selalu kuingat betapa ibuku berjuang tanpa memikirkan dirinya sendiri menggendongku lumayan jauh dan melewati jembatan bambu yang belum jadi sambil merangkak aku berada di bawah gendongannya. Pasti sangat berat akan tetapi ibuku tidak mengeluh tetap mencari jalan supaya sampai ke rumah orang pintar tanpa halangan (tak terasa air mataku menetes mengingat perjuangan ibuku waktu itu, aku menulis kisah nyata, di paragraf ini air mataku bercucuran, karena beliau ayahandaku dan ibuku sekarang sudah tiada). Betapa mulianya beliau memperjuangkan anaknya supaya sembuh dan bisa beraktivitas lagi.

Untuk menyembuhkan penyakitku yang kata dokter aneh, ibu dan bapakku tidak hanya membawaku berobat ke orang pintar saja, ke dokter dekat rumah, ke dokter spesialis anak di Solo pun sudah ku jalani. Alhamdulillah setiap berobat ke Solo ada tetanggaku suku Tionghoa yang punya usaha toko emas di Solo menawarkan bareng karena beliau punya mobil.

Tiga bulan aku sakit tidak bisa jalan, dan otomatis aku tidak sekolah, upaya ibuku berobat dari medis dan ke orang pintar tidak berhenti. Aku sampai bosan minum jamu pahit dan obat-obatan. Bahkan dari orang pintar, setiap aku mandi ada ramuan di dalam air ada bunga dan kemenyan. Waktu itu aku ya menurut saja ketika ibuku memandikanku.

Dokternya bingung penyakitku sebenarnya apa, sampai uji laboratorium waktu itu yang biayanya tidak murah. Ke rumah sakit ortopedi di Jebres Solo. Betapa besar biaya yang dikeluarkan bapakku. Beruntungnya bapakku cerdas walaupun tidak tinggi pangkatnya beliau terpilih jadi anggota DPRD Boyolali untuk fraksi ABRI jadi ada waktu untuk mengantarku berobat. Walaupun sampai menjual kavling jatah dari pemerintah untuk berobat.

Dengan upaya dan kerja keras kedua orang tuaku, aku akhirnya bisa berjalan lagi, 3 bulan sakit sungguh sangat membosankan, ibuku sudah kuatir aku lumpuh total. Alhamdulillah aku sembuh bisa sekolah dan mengejar ketinggalanku di kelas dan bisa naik kelas. Sampai sekarang yang menjadi pikiranku apa benar dunia mistis supranatural ada. Konon kata orang pintar aku kesambet arwah bule, karena aku main di atas kuburannya. Dengan kejadian yang kualami waktu itu buat pembelajaran hidupku ke depannya. Aku juga lupa apakah aku main di atas kuburan karena tempat-tempat dibangun mungkin bekas tanah kuburan. Entahlah aku gak tahu pasti.

Buat pembelajaranku ke depannya aku sangat hati-hati sekali kalau melewati tempat-tempat sakral. Kita tidak boleh seenak sendiri bermain di tempat-tempat umum dan tahu waktu. Ceritaku ini sebenarnya sudah lama ingin kutulis tapi karena belum ada waktu yang pas dan sekarang bisa rilis. Karena menurut sumber berita dan artikel yang pernah kubaca Tangsi yang pernah aku tempati itu sebagian mengatakan tempat penyiksaan pemberontak yang melawan pemerintah yang dikala itu sangat kejam.

Ada lagi sumber yang mengatakan banyak sandera yang dipenjara bunuh diri masuk ke sumur yang aku ceritakan di atas. Aku jadi ingat sewaktu aku masuk ke ruangan yang tidak ditempati dekat kamar mandi ada kawat berduri di atas plafon berupa lingkaran. Kalau aku amati yang pernah kulihat di film-film kawat model begitu untuk menggantung orang.

Adalagi yang membuat aku merinding sumur yang di SPG itu menurut artikel yang pernah kubaca, tempat pembuangan mayat sehabis dihabisi karena punya kasus dengan pemerintah. Entahlah aku buat cerita kisah nyataku ini tidak menyudutkan pihak manapun terlepas problem yang mereka hadapi dulu.

Intinya aku bersyukur punya bapak seorang Tentara yang pernah menempati Tangsi yang punya sejarah besar. Kisah ini aku tulis buat kenang-kenangan anak cucuku kelak. Bapak dan ibuku sekarang telah tiada, setelah tugas di Kodim Boyolali selesai, bapakku dan keluarga pindah ke daerah Transmigrasi Bangko Jambi dari tahun 1983 disanalah kami dibesarkan.

Daerah itu sangat terisoler waktu itu bahkan aku hampir tiap hari bertemu Suku Anak Dalam yang sudah aku rilis dalam sebuah novel. InsyaAllah akan saya terbitkan di sini.

Terima kasih buat pembaca yang sudah membaca kisah nyata ku ini. Masih jauh dari kata sempurna baik cara menulis dan penyampainya saya minta maaf yang sebesar-besarnya tanpa mengurangi rasa hormat. Sampai bertemu di kisah selanjutnya. Alfatihah buat Almarhum bapak, adeku laki-laki bungsu dan almarhumah ibuku semoga beliau tenang di surganya Allah.

"Hah” beneran!” Itulah awal kalimat yang kuucapkan ketika aku baru sadar, waktu itu di usiaku yang sudah kepala empat baru tahu ketika aku baca artikel kalau asrama yang kutempati di masa kecil, atau orang dulu menyebutnya "Tangsi" mempunyai cerita sejarah yang sampai sekarang masih dikenang dan punya nilai sejarah. Bermacam-macam artikel menyebutkan bangunan Belanda yang berdiri sekitar tahun 1914 itu sampai sekarang masih membekas dan punya cerita sejarah yang tidak ternilai harganya. Bangunan itu terletak di Jalan Melati, dulu posisinya di belakang Sekolah Pendidikan Guru. Di sebelah kanan Jalan Melati itu ada Gedung Pengadilan yang konon juga bangunan Belanda. Di Tangsi katanya dulunya tempat tahanan Tentara Belanda dan pemberontak Pemerintahan. Walaupun tidak terlalu lama karena aku tinggal di Tangsi dari aku TK sampai SD, aku masih ingat kejadian-kejadian horor di Tangsi dan di sumur tua dekat lapangan SPG Boyolali. Aku tidak percaya pernah menempati tempat yang menyimpan banyak sejarah itu.

YUK IKUTIN KISAH NYATAKU INI!!!

Awalnya aku tidak menduga apa yang pernah kualami sewaktu tinggal di Tangsi atau asrama tentara di Boyolali, Jawa Tengah, jadi mempunyai cerita yang tidak akan terlupakan di sepanjang hidupku. Melihat hantu, pernah sakit tidak bisa jalan selama 3 bulan, yang konon kata seorang orang pintar aku kesambet arwah orang Belanda.

Hantu seperti apa yang pernah kulihat dan kesambet alias kerasukan roh hantu gentayangan. Yuk simak dan baca kisahku!!!

Aku terlahir dari bapak seorang prajurit atau tentara yang awalnya berdinas di Srondol, Jawa Tengah. Aku anak ke empat dari enam bersaudara. Lahir di tahun 1970, masa itu adalah era yang masih jauh dari kata modern. Sudah tidak bisa dipungkiri kalau seorang tentara siap dipindah tugaskan, kapanpun harus siap. Usiaku ketika pindah ikut orang tua dari Srondol ke Kodim Boyolali 5 tahun. Sekolahku tidak jauh dari Tangsi, namanya TK PERSIT.

Keluargaku ditempatkan di asrama atau barak militer yang diisi 3 keluarga. Dari bangunan sudah kelihatan syahdu bergaya arsitektur Belanda. Untuk aktivitas bersama ada sebuah sumur terletak pas di samping kamar orang tuaku. Kamarku dan saudaraku pun berdampingan dengan kamar orang tuaku.

Bangunan kuno ini tertulis tanggal dibuatnya ada di jendela atas dekat plafon 1914. Wah lumayan sudah cukup lama. Di belakang asrama itu ada kamar-kamar yang ada jeruji besinya. Waktu aku kecil belum paham betul, untuk apa jeruji besi itu, kalau sekarang seperti rumah tahanan.

Di awal baru pindah kira-kira seminggu, aku dan saudaraku yang perempuan tidur satu tempat tidur besi. Karena kamarnya cukup luas jadi tempat tidur ada dua ukuran besar. Untuk saudara laki-laki ada 2 karena adeku yang bungsu lahir di Boyolali tahun 1981, jadi waktu kejadian itu belum lahir. Kami 3 perempuan dan 2 laki-laki. Zaman dulu anak tentara banyak karena belum ada KB.

Bapaku sebagai tentara dalam satu minggu dapat giliran piket jaga di Kodim. Nah ini awal kejadiannya yang sampai sekarang saudara-saudaraku masih ingat kejadian itu.

Tiba-tiba di sekitar satu malam, di kamarku dan saudara terdengar suara tongkat yang mengetok-ngetok sambil jalan. Berpindah-pindah ke bawah kolong ranjang. Aku dan mbak, mas ku ketakutan dan pindah ke kamar ibuku. Kami semua tidak bisa tidur, suara tongkat memukul ranjang itu pun malah pindah ke kamar ibuku.

Ibuku panik, apalagi aku dan saudaraku, kami hanya bisa diam tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Kira-kira sekitar satu jam berhenti. Aku masih ketakutan tetap di kamar ibuku sampai menunggu bapakku datang. Selang dua jam bapakku pulang, beliau kaget lihat kami kakak beradik tidur satu ranjang dengan ibuku. Apa respon bapakku ketika kami menceritakan kejadian yang baru terjadi? Eh bapakku malah bilang kami hanya halu. Mungkin bagi bapakku merasa aneh atau supaya kami tidak percaya kalau setan itu tidak ada di asrama.

Nah benar kata orang, kalau belum melihat sendiri baru percaya. Ini terjadi sama bapakku keesokan harinya beliau tidak mendapat jadwal piket, otomatis malam bisa menemani tidurku. Sejak kejadian semalam aku tidur sama bapakku, karena adeku tidur sama ibuku. Aku pun dibiasakan tidur tidak boleh melebihi jam 9 malam, maklum didikan militer bapakku sangat ketat.

Sekitar jam 1 malam aku terbangun, mendengar suara bapakku seperti mengusir suara tongkat yang mulai mengganggu kami. Aku mendengar ucapan bapakku, sepertinya komunikasi dengan pengganggu tersebut. "Aku di sini tugas, jangan ganggu anak-anaku!" "Aku dan keluargaku tidak mengganggu kamu." Begitu yang terucap dari mulut bapakku.

Entah sugesti atau apa, setelah bapakku mengucapkan kalimat itu suara tongkat itu pun hilang. Akan tetapi aku masih takut belum berani tidur sama kakakku. Keesokan harinya bapakku bertanya sama tetangga, menanyakan apakah di ganggu suara tongkat, hanya satu keluarga yang mengalami kejadian serupa namun hanya sebentar.

Sekilas tentang bapakku, beliau lahir di Solo dan mempunyai bapak yang bekerja di Abdi Dalam Keraton Surakarta. Nah kebetulan tetangga di Tangsi itu mempunyai ilmu kebatinan. Setelah berdiskusi bapakku dan tetanggaku ini mencari tahu asal usul sang pengganggu di malam hari. Apa maunya, atau kami melanggar apa yang tidak mereka suka, istilah kasarnya kami seolah-olah mengganggu.

Bapakku pergi ke orang pintar, setelah pulang dari sana aku mendengar dari percakapan ibuku dan bapakku kalau suara tongkat yang muncul malam itu bersumber dari, dulu di Tangsi ini ada seorang Tentara Belanda buta meninggal, konon sang tentara ini berjalan memakai tongkat. Entah apa penyebab dia buta tidak tahu pasti. Sejak bapakku menemui orang pintar dan disuruh memenuhi permintaan sang hantu, suara bunyi tongkat itu sudah tidak menemaniku lagi di malam hari.

Aku kira gangguan dari arwah gentayangan ini tidak ada lagi, eh ternyata masih ada walaupun tidak berwujud akan tetapi sangat mengganggu dan bikin bulu kuduku berdiri dan ketakutan. Selang satu bulan kemudian, kami semua 4 keluarga penghuni Tangsi dibuat bingung dan saling bertanya satu sama lain, apakah ada yang menimba air di malam hari sekitar jam 2 malam.

Seperti yang sudah saya ceritakan di atas, di samping kamar orang tuaku ada sumur umum, ketika kami membuka jendela otomatis akan terlihat sumur yang mempunyai sumber mata air yang bening dan bersih. Untuk aktivitas mandi ada bak kamar mandi besar yang bisa diisi dari sumur.

Tiba-tiba sekitar pukul 2 malam, disaat kami tidur nyenyak dikejutkan oleh suara benda jatuh ke sumur sangat keras dan diiringi suara meluncurnya ember untuk mengambil air ke dasar sumur. Padahal hari tidak hujan dan kebiasaan kami ember diisi air di bawah supaya tidak terjatuh ke bawah. Yang anehnya suara barang jatuh ke dalam sumur itu tidak sekali. Misteri suara sumur nanti akan aku bahas setelah kisahku ini selesai karena masih ada lagi yang lebih menegangkan.

Harap maklum julukan anak kolong atau anak tentara itu identik bandel dan tidak bisa diam. Ku lewati masa TK beranjak lebih besar yaitu masa di saat lagi bandel-bandelnya yaitu masa aku bertambah usia jadi anak SD. Main sepeda di lapangan SPG, cari buah, ke kali yang terletak jalan pandanaran, berenang di Kridanggo, itulah aktivitasku setelah pulang sekolah. Kadang bermain dengan teman-teman sekolah dan teman di asrama Tangsi.

Sekilas tentang ibuku ya, karena ada hubungannya dengan kisah selanjutnya. Selain ibu rumah tangga, ibuku ini mempunyai hobi bermain voli ball, dimasanya sering latihan di SPG, termasuk lengkap ada lapangan voli dan lapangan untuk upacara yang cukup luas. Di belakang lapangan dekat kelas ada sebuah sumur dan sepertinya terhubung ke jalan Melati depan asrama.

Kelas 3 SD di zaman itu anak-anak seusiaku suka bermain rumah-rumahan atau pasaran. Kebetulan hari itu ibuku latihan voli di lapangan SPG, aku pun tidak tinggal diam ikut dengan anak-anak asrama. Kesempatan bermain. Permainan anak-anak perempuan pada waktu itu rumah-rumahan. Main rumah-rumahan tidak afdol kalau tidak bawa properti dari rumah, secarik kain panjang atau orang Jawa menyebutnya jarik. Ibuku tidak memperbolehkan aku membawa jarik yang masih bagus buat main. Jadi aku bawa jarik ibuku yang sudah sedikit usang tapi belum sobek, yang penting bisa untuk bermain rumah-rumahan.

Aku bermain dengan kakaku perempuan yang selisih umurnya hanya satu tahun, dan dua temanku di asrama Tangsi. Di depan sumur itu ada tangga bambu, nah itu yang buat rumah-rumahan. Kain kita lilitkan di tangga jadilah bentuk rumah.

Aktivitas latihan voli ibuku ini selesai sebelum maghrib, jarak lapangan voli dan tempat aku bermain dekat sumur itu tidak terlalu jauh. Nah ini untuk pertama kalinya aku dan teman-temanku melihat hantu, mungkin mereka menegur ku kenapa hari sudah mau maghrib masih juga bermain.

Apa yang bilang memang benar kalau melihat hantu, mulut kita serasa terkunci mau teriak tapi tidak bisa mengeluarkan suara. Sesosok tubuh tinggi besar, dengan wajah rusak, duduk di atas sumur, satu kakinya terjuntai di bawah dan satunya lagi di luar, sambil mengisap rokok besar, dan rambutnya merah pirang, "Oh my God" melihatnya aja serasa mau pingsan dan tidak sanggup berkata-kata lagi. Hantu bule itu menatap dengan sinis. Mungkin marah karena areanya diganggu atau entah alasan apa aku gak tahu pasti.

"OHHHH… TIDAKKKK!!"

Aku hanya punya pikiran ingin kabur dan tidak mau melihat wajahnya yang menyeramkan itu. Kami berempat lari tunggang langgang sambil berteriak tetapi tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Butuh perjuangan untuk bisa lari ke lapangan mencari ibuku untuk menceritakan kejadian yang baru saja kualami. Masih sempat aku menarik harta ibuku yaitu jarik yang kupakai untuk bermain rumah-rumahan walaupun akhirnya harus sobek. Aku dan temanku ditenangkan dan diberi air putih untuk diminum.

Dengan bergegas ada bapak pelatih voli menenangkan kami karena beliau tetanggaku di asrama yang punya ilmu kebatinan. Sampai di rumah pun aku masih ketakutan dan terus ingat wajahnya yang menyeramkan. Baru tahu rasanya lihat hantu, ternyata benar ada, mungkin sebagian orang tidak percaya. Pernah aku berpikir, sebenarnya mereka tidak akan keluar kalau tidak diganggu. Sungguh di luar nalar, ih serem!!

Setelah kejadian itu 4 bulan berselang, tiba-tiba aku tidak bisa bangun tidur, karena kakiku tidak bisa jalan. Padahal aku tidak pernah sakit sebelumnya. Ibuku menangis ketika aku memanggilnya, karena aku tidak bisa bangun dan berjalan di pagi hari.

"Bu, aku gak bisa jalan!"
"Aku mau pipis!" teriaku memanggil ibuku.

Ibuku tidak percaya mendekatiku, "Apa benar kamu tidak bohong?" Ibuku bertanya sambil memapahku ke kamar mandi karena aku mau mandi. Niatku aku bangun mau mandi dan ke sekolah, apa daya kaki malah mendadak lumpuh. Bapakku pun kaget dan tidak percaya, ibuku tidak lama ambil tindakan menggendongku pakai kain panjang membawaku ke orang pintar. Bapakku menjaga adeku yang masih bungsu di rumah.

Jalan yang kami lewati tidaklah mudah untuk menuju ke rumah orang pintar, bayangkan dengan posturku yang tinggi karena keturunan bapakku yang mempunyai tinggi 190-an. Otomatis aku mengikuti garis keturunannya. Selalu kuingat betapa ibuku berjuang tanpa memikirkan dirinya sendiri menggendongku lumayan jauh dan melewati jembatan bambu yang belum jadi sambil merangkak aku berada di bawah gendongannya. Pasti sangat berat akan tetapi ibuku tidak mengeluh tetap mencari jalan supaya sampai ke rumah orang pintar tanpa halangan (tak terasa air mataku menetes mengingat perjuangan ibuku waktu itu, aku menulis kisah nyata, di paragraf ini air mataku bercucuran, karena beliau ayahandaku dan ibuku sekarang sudah tiada). Betapa mulianya beliau memperjuangkan anaknya supaya sembuh dan bisa beraktivitas lagi.

Untuk menyembuhkan penyakitku yang kata dokter aneh, ibu dan bapakku tidak hanya membawaku berobat ke orang pintar saja, ke dokter dekat rumah, ke dokter spesialis anak di Solo pun sudah ku jalani. Alhamdulillah setiap berobat ke Solo ada tetanggaku suku Tionghoa yang punya usaha toko emas di Solo menawarkan bareng karena beliau punya mobil.

Tiga bulan aku sakit tidak bisa jalan, dan otomatis aku tidak sekolah, upaya ibuku berobat dari medis dan ke orang pintar tidak berhenti. Aku sampai bosan minum jamu pahit dan obat-obatan. Bahkan dari orang pintar, setiap aku mandi ada ramuan di dalam air ada bunga dan kemenyan. Waktu itu aku ya menurut saja ketika ibuku memandikanku.

Dokternya bingung penyakitku sebenarnya apa, sampai uji laboratorium waktu itu yang biayanya tidak murah. Ke rumah sakit ortopedi di Jebres Solo. Betapa besar biaya yang dikeluarkan bapakku. Beruntungnya bapakku cerdas walaupun tidak tinggi pangkatnya beliau terpilih jadi anggota DPRD Boyolali untuk fraksi ABRI jadi ada waktu untuk mengantarku berobat. Walaupun sampai menjual kavling jatah dari pemerintah untuk berobat.

Dengan upaya dan kerja keras kedua orang tuaku, aku akhirnya bisa berjalan lagi, 3 bulan sakit sungguh sangat membosankan, ibuku sudah kuatir aku lumpuh total. Alhamdulillah aku sembuh bisa sekolah dan mengejar ketinggalanku di kelas dan bisa naik kelas. Sampai sekarang yang menjadi pikiranku apa benar dunia mistis supranatural ada. Konon kata orang pintar aku kesambet arwah bule, karena aku main di atas kuburannya. Dengan kejadian yang kualami waktu itu buat pembelajaran hidupku ke depannya. Aku juga lupa apakah aku main di atas kuburan karena tempat-tempat dibangun mungkin bekas tanah kuburan. Entahlah aku gak tahu pasti.

Buat pembelajaranku ke depannya aku sangat hati-hati sekali kalau melewati tempat-tempat sakral. Kita tidak boleh seenak sendiri bermain di tempat-tempat umum dan tahu waktu. Ceritaku ini sebenarnya sudah lama ingin kutulis tapi karena belum ada waktu yang pas dan sekarang bisa rilis. Karena menurut sumber berita dan artikel yang pernah kubaca Tangsi yang pernah aku tempati itu sebagian mengatakan tempat penyiksaan pemberontak yang melawan pemerintah yang dikala itu sangat kejam.

Ada lagi sumber yang mengatakan banyak sandera yang dipenjara bunuh diri masuk ke sumur yang aku ceritakan di atas. Aku jadi ingat sewaktu aku masuk ke ruangan yang tidak ditempati dekat kamar mandi ada kawat berduri di atas plafon berupa lingkaran. Kalau aku amati yang pernah kulihat di film-film kawat model begitu untuk menggantung orang.

Adalagi yang membuat aku merinding sumur yang di SPG itu menurut artikel yang pernah kubaca, tempat pembuangan mayat sehabis dihabisi karena punya kasus dengan pemerintah. Entahlah aku buat cerita kisah nyataku ini tidak menyudutkan pihak manapun terlepas problem yang mereka hadapi dulu.

Intinya aku bersyukur punya bapak seorang Tentara yang pernah menempati Tangsi yang punya sejarah besar. Kisah ini aku tulis buat kenang-kenangan anak cucuku kelak. Bapak dan ibuku sekarang telah tiada, setelah tugas di Kodim Boyolali selesai, bapakku dan keluarga pindah ke daerah Transmigrasi Bangko Jambi dari tahun 1983 disanalah kami dibesarkan.

Daerah itu sangat terisoler waktu itu bahkan aku hampir tiap hari bertemu Suku Anak Dalam yang sudah aku rilis dalam sebuah novel. InsyaAllah akan saya terbitkan di sini.

Terima kasih buat pembaca yang sudah membaca kisah nyata ku ini. Masih jauh dari kata sempurna baik cara menulis dan penyampainya saya minta maaf yang sebesar-besarnya tanpa mengurangi rasa hormat. Sampai bertemu di kisah selanjutnya. Alfatihah buat Almarhum bapak, adeku laki-laki bungsu dan almarhumah ibuku semoga beliau tenang di surganya Allah.

Kesimpulan

Masuk untuk membuka bagian ini.
Akses lengkap ke konten ini hanya tersedia untuk pengguna terdaftar.

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum.

Penutup

Terima kasih telah membaca kisah nyata ini. Semoga cerita ini menjadi pengingat agar kita semua menghargai sejarah serta menjaga sikap hormat pada warisan masa lalu, sekaligus memperkuat keyakinan bahwa ada kekuatan tak kasat mata yang menyertai kita.

Topik

Henny Kristina

Henny Kristina

Penulis novel

Lihat Profil

Tanggapan