Serangan drone dan rudal yang dilancarkan oleh Iran dan Israel terus berlanjut meski Presiden Amerika Serikat menawarkan jendela gencatan selama dua minggu untuk membuka negosiasi damai.
Iran meluncurkan beberapa rudal balistik dan drone ke wilayah selatan Israel, termasuk sekitar Beersheba, yang menewaskan sedikitnya 10 warga sipil dan melukai lebih dari 200 lainnya. Infrastruktur penting seperti gardu listrik dan jalan raya juga mengalami kerusakan.
Sebagai balasan, Angkatan Udara Israel menyerang sejumlah fasilitas nuklir di Iran, antara lain reaktor Arak, situs Natanz, dan kawasan pembangkit Bushehr. Serangan udara ini menurut para pejabat Israel bertujuan menekan kemampuan Iran untuk memperluas program misil balistiknya.
Gedung Putih, melalui juru bicaranya, menegaskan bahwa tawaran gencatan dua minggu itu diberikan agar kedua belah pihak ‘menurunkan ketegangan’ dan membuka jalur diplomasi. Jika dalam jangka waktu tersebut tidak tercapai kesepakatan, AS tidak menutup kemungkinan untuk memberikan dukungan militer lebih jauh kepada Israel.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dijadwalkan bertemu koleganya dari Inggris, Prancis, dan Jerman di Jenewa untuk membahas de-eskalasi konflik. Iran menegaskan bahwa pertemuan ini bersifat konsultatif, bukan negosiasi langsung, dan menuntut penghentian serangan sebagai prasyarat dialog.
Pemerintah Rusia menyerukan agar semua pihak menahan diri dan menghindari serangan terhadap fasilitas nuklir, khususnya di Bushehr, karena dikhawatirkan memicu bencana nuklir setara Chernobyl. PBB juga menyatakan keprihatinan atas meningkatnya jumlah korban sipil dan menyerukan penghormatan terhadap hukum humaniter internasional.
Tanggapan